Laut China Selatan Memanas, TNI AL Unjukkan Kekuatan 24 Kapal Perang Latihan, Pesan pada China. Kapal perang TNI menembakkan roket dalam latihan perang di Kepri |
UPDATENEWS.BLOGSPOT.COM - DI tengah memanasnya Laut China Selatan akibat ulah agresif China, TNI AL melalui Komando Armada I menggelar Latihan Geladi Tugas Tempur (Gelagaspur) Tingkat-3 (L-3) di Kawasan Perairan Laut Jawa, Selat Karimata dan Perairan Pulau Singkep, Kepulauan Riau.
Latihan L-3 Terpadu Koarmada I ini dipimpin langsung oleh Panglima Komando Armada (Pangkoarmada) I Laksamana Muda TNI Ahmadi Heri Purwono, melibatkan 24 kapal perang dan 14 pesawat dan helikopter 21-24 Juli.
Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Yudo Margono meninjau Gelagaspur TK-3, dari KRI Semarang-594 di perairan Dabo Singkep, Kepri, Kamis (23/7/2020).
Kasal menyaksikan langsung latihan Gun Exercise (Gunex) yang diikuti sebanyak 24 kapal/unsur laut.
Yakni 2 Perusak Kawal Rudal (PKR), 4 Perusak Kawal (PK), 1 Fast Patrol Boat (FPB), 6 Kapal Cepat Rudal (KCR), 3 Kapal Patroli Cepat (PC), 2 Landing Platform Dock (LPD), 2 Angkut Tank Type Frosch (ATF), 1 Bantu Cair Minyak (BCM), 1 Bantu Tunda (BTD) dan 1 Bantuan Umum.
KRI Sutanto menembakkan roket (korps marinir) |
Sedangkan unsur udara yang dikerahkan sebanyak 14 unsur yaitu 2 Heli Panther, 2 Heli Bell, 1 BO, 2 Cassa, 5 Bonanza, 1 CN 235 dan 1 King Air. Sementara unsur Marinir yang terlibat sebanyak 1 BTP Pasmar 1 Jakarta, 5 BMP 3F, 5 LVT-7A1, 2 Kapa K-61R, 5 BTR 50, 2 Meriam Howitser 105, 1 Tim Taifib dan 23 Ranmor.
Selain itu, juga dilakukan latihan menembakkan artileri dan roket yang dipraktekkan langsung oleh ABK KRI tersebut.
Kegiatan Gun Exercise tersebut dilaksanakan untuk meningkatkan profesionalisme dan kerjasama antarunsur serta kewaspadaan tinggi terhadap ancaman pada saat melaksanakan operasi di laut.
Kasal menyampaikan bahwa latihan ini bertujuan untuk membina kekuatan tempur unsur Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT) yang terdiri dari 4 komponen yakni KRI, Pesawat Udara, Marinir dan Pangkalan.
Latihan ini sekaligus mengukur kemampuan dari unsur-unsur yang terlibat dan akan selalu dievaluasi untuk ke depannya agar dapat lebih ditingkatkan menjadi lebih baik.
“Meskipun latihan dalam kondisi pandemi seperti ini, kemampuan para prajurit untuk berlatih tempur jangan sampai menurun, yang tentunya di dalam latihan ini kita tetap menerapkan protokol kesehatan seperti apa yang dihimbau oleh pemerintah,” ujar Kasal seperti dilansir tniaI.mil.id.
Pasukan Marinir dalam latihan di Kepri (korps marinir) |
Sebelumnya Pangkoarmada I Laksamana Muda TNI Ahmadi Heri Purwono mengatakan latihan melibatkan personel Komando
Armada I, Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil), Korps Marinir dan
Pusat Penerbangan Angkatan Laut (Puspenerbal). Peninjauan tersebut
dilakukan
Materi latihan yang diberikan berupa manuver lapangan, yaitu Proses Pengambilan Keputusan Militer (PPKM) pada tingkat Kogasgab, materi Peperangan Anti Udara, Peperangan Elektronika, Peperangan Anti Kapal Permukaan, Peperangan Anti Kapal Selam, Peperangan Ranjau, tahap embarkasi pada Operasi Amfibi, tahap Latihan Umum (Latum) pada Operasi Amfibi, tahap Gerakan Menuju Sasaran (GMS) pada Operasi Amfibi, tahap Gerakan Serbuan pada Operasi Amfibi dan tahap pengakhiran pada Operasi Amfibi.
Pangkoarmada I menyampaikan bahwa latihan ini merupakan latihan puncak dari Kotama yang melibatkan Koarmada I, Korps Marinir, Kolinlamil dan Puspenerbal.
Materi latihan yang diberikan berupa manuver lapangan, yaitu Proses Pengambilan Keputusan Militer (PPKM) pada tingkat Kogasgab, materi Peperangan Anti Udara, Peperangan Elektronika, Peperangan Anti Kapal Permukaan, Peperangan Anti Kapal Selam, Peperangan Ranjau, tahap embarkasi pada Operasi Amfibi, tahap Latihan Umum (Latum) pada Operasi Amfibi, tahap Gerakan Menuju Sasaran (GMS) pada Operasi Amfibi, tahap Gerakan Serbuan pada Operasi Amfibi dan tahap pengakhiran pada Operasi Amfibi.
Pangkoarmada I menyampaikan bahwa latihan ini merupakan latihan puncak dari Kotama yang melibatkan Koarmada I, Korps Marinir, Kolinlamil dan Puspenerbal.
Kasal Laksamana Yudo Margono meninjau latihan TNI AL (korps marinir) |
Pesan pada China
Pengamat Militer Beni Sukadis menilai selain untuk meningkatkan profesionalitas prajurit, latihan yang digelar oleh Koarmada I di wilayah yang berdekatan dengan Laut China Selatan itu untuk mengirimkan pesan kepada negara lain agar menghormati aturan hukum internasional.
Di tengah panasnya hubungan Amerika Serikat-China, Beni dalam latihan itu Indonesia mengisyaratkan agar negara-negara untuk patuh menghormati UNCLOS 1982 dan juga putusan Mahkamah Arbitrase Internasional terkait Laut China Selatan.
"Kita menunjukkan bahwa kita punya ketegasan adalah inilah wilayah kami dan kami berdaulat yah begitu saja," ujanny seperti dilansir www.aa.com.tr.
Sebelumnya Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi kembali menegaskan sikap Indonesia menyikapi konflik di Laut China Selatan, dalam konferensi pers virtual bersama media internasional, Kamis (16/07/2020).
Ia menambahkan bahwa setiap negara berharap konflik dapat segera reda dan situasi kembali tenang.
"Menghormati hukum internasional, termasuk UNCLOS 1982 adalah kunci untuk membuat Laut China Selatan stabil dan laut damai.
Posisi Indonesia di Laut China Selatan jelas dan konsisten, sekali lagi menghormati hukum internasional termasuk UNCLOS 1982 adalah kunci dan harus ditegakkan oleh semua," ujar Retno.
Ia menambahkan bahwa posisi Indonesia terkait hak kedaulatan Indonesia atas zona ekonomi eksklusif atau ZEE juga sangat jelas dan konsisten.
Posisi ini konsisten dengan UNCLOS 1982, dan didukung oleh Sidang UNCLOS tahun 2016.
"Indonesia menggarisbawahi pentingnya bagi semua negara untuk berkontribusi dalam pemeliharaan perdamaian dan stabilitas di Laut China selatan, dan menyerukan semua negara untuk menahan diri dari tindakan yang dapat meningkatkan ketegangan di wilayah tersebut," tegas Retno.
Dalam konflik Laut China Selatan, Indonesia dan China memang tidak memiliki konflik teritorial seperti Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Brunai Darusalam.
Namun Indonesia dengan tegas menolak klaim China sebagai penguasa Laut China Selatan dengan klaim historis line dash nine yang sampai ke Laut Natuna Utara.
Untuk mengusir kapal nelayan China yang mencuri ikan di Laut Natuna Utara, TNI mengerahkan kapal perang dan jet tempur. (*)
Pengamat Militer Beni Sukadis menilai selain untuk meningkatkan profesionalitas prajurit, latihan yang digelar oleh Koarmada I di wilayah yang berdekatan dengan Laut China Selatan itu untuk mengirimkan pesan kepada negara lain agar menghormati aturan hukum internasional.
Di tengah panasnya hubungan Amerika Serikat-China, Beni dalam latihan itu Indonesia mengisyaratkan agar negara-negara untuk patuh menghormati UNCLOS 1982 dan juga putusan Mahkamah Arbitrase Internasional terkait Laut China Selatan.
"Kita menunjukkan bahwa kita punya ketegasan adalah inilah wilayah kami dan kami berdaulat yah begitu saja," ujanny seperti dilansir www.aa.com.tr.
Sebelumnya Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi kembali menegaskan sikap Indonesia menyikapi konflik di Laut China Selatan, dalam konferensi pers virtual bersama media internasional, Kamis (16/07/2020).
Ia menambahkan bahwa setiap negara berharap konflik dapat segera reda dan situasi kembali tenang.
"Menghormati hukum internasional, termasuk UNCLOS 1982 adalah kunci untuk membuat Laut China Selatan stabil dan laut damai.
Posisi Indonesia di Laut China Selatan jelas dan konsisten, sekali lagi menghormati hukum internasional termasuk UNCLOS 1982 adalah kunci dan harus ditegakkan oleh semua," ujar Retno.
Ia menambahkan bahwa posisi Indonesia terkait hak kedaulatan Indonesia atas zona ekonomi eksklusif atau ZEE juga sangat jelas dan konsisten.
Posisi ini konsisten dengan UNCLOS 1982, dan didukung oleh Sidang UNCLOS tahun 2016.
"Indonesia menggarisbawahi pentingnya bagi semua negara untuk berkontribusi dalam pemeliharaan perdamaian dan stabilitas di Laut China selatan, dan menyerukan semua negara untuk menahan diri dari tindakan yang dapat meningkatkan ketegangan di wilayah tersebut," tegas Retno.
Dalam konflik Laut China Selatan, Indonesia dan China memang tidak memiliki konflik teritorial seperti Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Brunai Darusalam.
Namun Indonesia dengan tegas menolak klaim China sebagai penguasa Laut China Selatan dengan klaim historis line dash nine yang sampai ke Laut Natuna Utara.
Untuk mengusir kapal nelayan China yang mencuri ikan di Laut Natuna Utara, TNI mengerahkan kapal perang dan jet tempur. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar